Laman

Senin, 30 Mei 2016

Dhorurot/ Terpaksa, Definisi dan Batasannya

بِسْمِ اللّهِ الرَّحمنِ الرَّحيمِ

 إِنَّ الحمدَ للّه، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه، ونعوذُ باللّه من شرور أنفسِنا ومن سيِّئات أعمالِنا، من يهده الله فلا مُضِلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهد أنْ لا إِله إِلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله. "يا أيُّها الذينَ آمنوا اتَّقوا اللّه حقَّ تُقاتِه ولا تَموتُنَّ إلا وأنتُم مُسلمونَ " . "يا أيها الناس اتَّقوا ربكم الذي خَلَقَكُم من نفسٍ واحدةٍ وخلقَ منها زوجَها وبَثَّ منهُما رِجالاً كثيراً ونساءً واتَّقوا الله الذي تساءَلونَ به والأرْحامَ إِنَّ اللّه كانَ عليكم رَقيباً" "يا أيها الذينَ آمنوا اتَقوا اللّه وقولوا قولاً سَديداً. يُصْلحْ لكُم أعْمالَكم ويَغْفِرْ لكم ذُنوبكم ومَن يُطِع اللّه ورَسولَه فقد فازَ فوزاً عَظيماً" . "أما بعدُ؛ فإن أصدقَ الحديثِ كتابُ اللّه، وأحسنَ الهديِ هديُ محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، وشر الأمورِ محدثاتها، وكلَّ محدثةٍ بدعةٌ ، وكل بدعة ضلالةٌ ، وكل ضلالةٍ في النار. 


Dhorurot adalah kebutuhan yang sangat mendesak sekali, didalamnya ada kesulitan dan keterpaksaan yang tidak bisa lari darinya. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa sangat banyak dikalangan manusia melakukan hal-hal yang dilarang agama dengan dalih bahwa dia dalam keadaan dhoruroh, bahkan orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai salafy, 

Berkata Syaikh Utsaimin: 

ولكن ما هي الضرورة؟ الضرورة أن نعلم أن الإنسان إذا فعل هذا الشيء زالت ضرورته، ونعلم كذلك أنه لا يمكن أن تزول ضرورته إلا بهذا الشيء، يعني ليس هناك ضرورة تبيح المحرم إلا بشرطين: 1/ أن نعلم أنه لا تزول ضرورته إلا بهذا.
2/ أن نعلم أن ضرورته تزول به.
ولهذا إذا كان الإنسان يخاف الموت، فله أن يأكل ميتة لتوفر الشرطين السابقين، أما هؤلاء فليت هناك ضرورة تدفعهم لفعل هذا الشيء المحرم.

"Akan tetapi apa itu dhoruroh : dhoruroh adalah bahwa kita mengetahui apabila seseorang melakukan sesuatu perbuatan maka akan hilang kesulitannya dan kita mengetahui bahwa tidak mungkin untuk menghilangkan kesulitan itu kecuali dengan perbuatan itu, yakni disana tidak ada dhoruroh kecuali apabila ada dua syarat : Pertama: kita ketahui bahwa tidak hilang kesulitan itu kecuali dengannya. Kedua : kita ketahui bahwa kesulitan itu hilang dengannya. Oleh karena apabila seseorang takut untuk terjatuh kepada kematian maka hendaknya dia memakan bangkai (maitah) karena telah terpenuhi padanya dua syarat tersebut.” Apabila seseorang terjatuh didalam keadaan dhoruroh (terpaksa) maka dia akan masuk kedalam hukum yang lain yang dikenal didalam dua kaidah Ushul Fiqh yaitu : Kaidah pertama : addhorurat membolehkan hal-hal yang dilarang. Kaidah kedua : diambil hal-hal yang dilarang itu sesuai kadar dhorurohnya."

Berkata al imam As sa'dy di dalam Qowaidnya: 
ولا محرم مع اضطرار 
"Dan tidak ada keharoman apabila dalam keadaan dhorurot," 
وكل محظورٍ مع الضرورة ... بقدرِ ما تحتاجُهُ الضرورة 
"Dan setiap yang dilarang bersamaan dengan dhoruroh….. Boleh untuk ditempuh sekadar ukuran dhorurohnya."
Penjelasan:

Kaidah pertama : addhorurat membolehkan hal-hal yang dilarang. Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta'ala apabila melarang sesuatu perbuatan, kemudian ada seorang hamba dalam keadaan terpaksa/dhorurot, maka keadaan yang seperti ini bisa menjadikan sesuatu yang harom menjadi mubah atau boleh bahkan bisa meningkat kepada derajat wajib. Dalilnya firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala

{ حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْأِسْلامَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ }  
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam ituj Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (al Maidah : 3)

Dan juga : 
 { إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} . 

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi Barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak Menganiaya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (an Nahl:115) 

Dan juga : 
{ قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّماً عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَماً مَسْفُوحاً أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقاً أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَإِنَّ رَبَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} .

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam Keadaan terpaksa, sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".(al An'am :145) 
Dan masih banyak ayat yang menjelaskan tentang hal ini. 


Kaidah kedua : diambil hal-hal yang dilarang itu sesuai kadar dhorurohnya. 
وكل محظورٍ مع الضرورة ... بقدرِ ما تحتاجُهُ الضرورة 
"Dan setiap yang dilarang bersamaan dengan dhoruroh….. Boleh untuk ditempuh sekadar ukuran dhorurohnya."

Maksudnya adalah –wallohu a’lam- : Bahwa setiap apa-apa yang diperbolehkan karena dhoruroh dari perbuatan atau meninggalkan perbuatan, dilakukan sekadar apa yang hilang dengannya bahaya/dhoror tersebut dan tidak boleh lebih dari itu, apalagi terus-menerus berkecimpung didalam sesuatu yang diharomkan tersebut, walaupun dengan alasan karena dhoruroh. Dalilnya adalah firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala : 
{ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلا عَادٍ فَلا إِثْمَ عَلَيْهِ } 
"Maka Barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak Menganiaya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(an Nahl: 115) .

 "غير باغ" 
"Yakni tidak mengharap hal yang diharomkan itu secara dzatnya akan tetapi sekedar untuk menghilangkan mudhorot itu." 
 "ولا عاد" 
"Yakni tidak melebihi kadar yang melebihi batasan dhoruroh itu." 

Demikian definisi dan batasan dhorurot (terpaksa) semoga kita tidak terjatuh kepada sikap meremehkan atau bergampang-gampang didalam permasalahan agama. 

-Penutup-

Demikian akhir dari tulisan ini kami buat, semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca. Dan penulis meminta ampun kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala atas segala kesalahan yang penulis buat. Berkata Imam Ibnul Qoyim rohimahullohu Ta'ala didalam bukunya Al kaafiyah asy syaafiyah fil intishaari lil firqotin naajiyah (al qoshiidah an nuuniyah):

 يا رب غفرا قد طغت أقلامنا ... يا رب معذرة من الطغيان 
"Wahai robku mohon ampun atas tergelincirnya penaku Wahai robku mohon 'udzur dari ketergelinciranku."
 سبحانك اللهم ربنا وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك و أتوب إليك 



Abu Abdirrohman Utsman Wahyudi Al Indonisiy
(Pengajar Ma'had Daarus Salaf Semarang)

 Semarang, 15 Jumadil Awal 1437

Tidak ada komentar:

Posting Komentar