بِسْمِ اللّهِ الرَّحمنِ الرَّحيمِ
Terjemahan Arba'in An Nawawiyah dan Penjelasannya
Hadist ke 6 - 8
Hadist No.6
الحديث السادس
[ عن أبي عبد الله النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول : إن الحلال بين وإن الحرام بين وبينهما أمور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه ألا وإن لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب ] رواه البخاري ومسلم
[ عن أبي عبد الله النعمان بن بشير رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول : إن الحلال بين وإن الحرام بين وبينهما أمور مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات فقد استبرأ لدينه وعرضه ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه ألا وإن لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب ] رواه البخاري ومسلم
Dari Abu abdillah An-nu’man bin basyir rodhiyallohu 'anhuma berkata : aku mendengar Rosulullohi shalollohu 'alaihi wasalam berkata :” sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang harom itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara- perkara yang syubhat / meragukan ,yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa yang menjauhi perkara- perkara syubhat tersebut maka dia telah menyelamatkan agama dan kehormatan dia, dan barangsiapa yang terjatuh didalam perkara- perkara syubhat ini maka dia terjatuh didalam sesuatu yang harom, seperti seorang penggembala yang menggembala disekitar daerah yang terlarang, maka sangat mungkin dia menggembala didalamnya.
Ketahuilah sesungguhnya didalam jasad ada segumpal daging yang apabila bagus maka baguslah seluruh jasad itu, dan apabila rusak maka akan rusak seluruh jasad itu, ketahuilah bahwa itu adalah alqolb (jantung).
(diriwayatkan oleh imam Al-bukhory dan imam Muslim).
***shohih Bukhory no. 52, shohih Muslim no. 1599.
Berkata Syaih Utsaimin rohimahullohu Ta’ala (164) : hadits ini menjelaskan tentang anjuran untuk menjauhi perkara-perkara yang syubhat (meragukan), akan tetapi disyaratkan apabila ada petunjuk yang menunjukkan bahwa perkara itu adalah syubhat, jika tidak maka hal itu adalah was was dan berlebih lebihan. Apabila perkara tersebut adalah syubhat maka seseorang hendaknya bersifat waro’ (berhati-hati) dan menjauhinya. Adapun asal baiknya seseorang adalah pada hatinya, apabila baik hatinya maka akan baik badannya secara keseluruhan demikian juga sebaliknya. Dari sini dapat diambil faidah untuk seseorang benar-benar memperhatikan perkara hati lebih banyak daripada perkara-perkara yang berkaitan dengan amalan yang tampak.
Berkata Al Imam Ibnu Daqiq al-Ied rohimahullohu Ta’ala (173) : adapun makna kalimat (dan barangsiapa yang terjatuh didalam perkara- perkara syubhat ini maka dia terjatuh didalam sesuatu yang harom) ada dua sisi. Sisi yang pertama : bahwa orang yang tidak bertaqwa dan berani untuk masuk dalam perkara yang syubhat akan membawa dia kepada sesuatu yang harom dan bergampang gampang di dalam kehidupannya untuk masuk dalam keharoman, sebagaimana pepatah “dosa kecil bisa menggiring kepada dosa besar, dan dosa kecil membawa kepada kekufuran” sebagaimana didalam sebagian riwayat “kemaksiatan adalah posnya kekufuran”. Sisi yang kedua : bahwa seseorang yang banyak melakukan perkara syubhat akan membuat hatinya gelap disebabkan hilangnya cahaya ilmu dan waro’ nya, sehingga dia terjatuh kepada keharoman dengan tidak sadar, yang kadang-kadang dia bisa berdosa dengannya dikarenakan dia meremehkan perkara ini.
Berkata Syaih Utsaimin rohimahullohu Ta’ala (164) : hadits ini menjelaskan tentang anjuran untuk menjauhi perkara-perkara yang syubhat (meragukan), akan tetapi disyaratkan apabila ada petunjuk yang menunjukkan bahwa perkara itu adalah syubhat, jika tidak maka hal itu adalah was was dan berlebih lebihan. Apabila perkara tersebut adalah syubhat maka seseorang hendaknya bersifat waro’ (berhati-hati) dan menjauhinya. Adapun asal baiknya seseorang adalah pada hatinya, apabila baik hatinya maka akan baik badannya secara keseluruhan demikian juga sebaliknya. Dari sini dapat diambil faidah untuk seseorang benar-benar memperhatikan perkara hati lebih banyak daripada perkara-perkara yang berkaitan dengan amalan yang tampak.
Berkata Al Imam Ibnu Daqiq al-Ied rohimahullohu Ta’ala (173) : adapun makna kalimat (dan barangsiapa yang terjatuh didalam perkara- perkara syubhat ini maka dia terjatuh didalam sesuatu yang harom) ada dua sisi. Sisi yang pertama : bahwa orang yang tidak bertaqwa dan berani untuk masuk dalam perkara yang syubhat akan membawa dia kepada sesuatu yang harom dan bergampang gampang di dalam kehidupannya untuk masuk dalam keharoman, sebagaimana pepatah “dosa kecil bisa menggiring kepada dosa besar, dan dosa kecil membawa kepada kekufuran” sebagaimana didalam sebagian riwayat “kemaksiatan adalah posnya kekufuran”. Sisi yang kedua : bahwa seseorang yang banyak melakukan perkara syubhat akan membuat hatinya gelap disebabkan hilangnya cahaya ilmu dan waro’ nya, sehingga dia terjatuh kepada keharoman dengan tidak sadar, yang kadang-kadang dia bisa berdosa dengannya dikarenakan dia meremehkan perkara ini.
Hadist No.7
الحديث السابع
[ عن أبي رقية تميم بن أوس الداري رضي الله تعالى عنه أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم ] رواه مسلم
[ عن أبي رقية تميم بن أوس الداري رضي الله تعالى عنه أن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال الدين النصيحة قلنا : لمن ؟ قال لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم ] رواه مسلم
untuk siapa (nasehat itu)?, maka Nabi shalollohu 'alaihi wasalam berkata :” (nasehat) untuk Alloh, dan untuk kitab-Nya, dan untuk rosul-Nya, dan untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk kaum muslimin seluruhnya.”
***Shohih Muslim no. 55.
Berkata Al Imam Ibnu Daqiq al-Ied rohimahullohu Ta’ala (185) : berkata Al khothoby dan yang lainnya dari para ulama : makna nasehat untuk Alloh adalah nasehat untuk beriman kepada-Nya dan meninggalkan kesyirikan serta menetapkan sifat-sifat yang sempurna untuk Alloh. Nasehat untuk Alloh pada hakekatnya adalah kembali kepada hamba untuk menasehati diri dia sendiri, karena Alloh Ta’ala tidak membutuhkan nasehat siapapun.
Berkata Al Imam Ibnu Daqiq al-Ied rohimahullohu Ta’ala (185) : berkata Al khothoby dan yang lainnya dari para ulama : makna nasehat untuk Alloh adalah nasehat untuk beriman kepada-Nya dan meninggalkan kesyirikan serta menetapkan sifat-sifat yang sempurna untuk Alloh. Nasehat untuk Alloh pada hakekatnya adalah kembali kepada hamba untuk menasehati diri dia sendiri, karena Alloh Ta’ala tidak membutuhkan nasehat siapapun.
فقال الخطابي وغيره من العلماء : النصيحة لله تعالى معناها منصرف إلى الإيمان به ونفي الشرك عنه وترك الإلحاد وصفاته ووصفه بصفات الكمال والجلال كلها وتنزيهه عن جميع النقائص والقيام بطاعته واجتناب معصيته والحب فيه والبغض فيه وجهاد من كفر به والإعتراف بنعمته والشكر عليها والإخلاص في جميع الأمور والدعاء إلى جميع الأوصاف المذكورة والحث عليها والتلطف بالناس قال الخطابي : وحقيقة هذه الأوصاف راجعة إلى العبد في نصحه نفسه فإن الله سبحانه غني عن نصح الناصح
Adapun makna nasehat untuk kitab-Nya adalah beriman terhadap perkataan Alloh dan apa-apa yang diturunkan oleh Alloh, dengan tidak menyerupakan dengan ucapan manusia serta mengagungkan kitab-kitab tersebut.
وأما النصيحة لكتابه سبحانه وتعالى فبالإيمان أن كلام الله تعالى وتنزيله لا يشبهه شئ من كلام الناس ولا يقدر على مثله أحد من الخلق ثم تعظيمه وتلاوته حق تلاوته وتحسينها والخشوع عندها وإقامة حروفه في التلاوة والذب عنه لتأويل المحرفين والتصديق بما فيه والوقوف مع أحكامه وتفهم علومه وأمثاله والإعتبار بمواضعه والتفكر في عجائبه والعمل بمحكمه والتسليم لمتشابهه والبحث عن عمومه والدعاء إليه وإلى ما ذكرنا من نصيحته
Adapun nasehat untuk Rosul shalollohu 'alaihi wasalam adalah dengan membenarkan risalah beliau dan beriman terhadap semua yang dibawanya serta menaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya
وأما النصيحة لرسوله صلى الله عليه و سلم : فتصديقه على الرسالة والإيمان بجميع ما جاء به وطاعته في أمره ونهيه ونصرته حيا وميتا ومعاداة من عاداه وموالاة من والاه وإعظام حقه وتوقيره وإحياء طريقته وسنته وإجابة دعوته ونشر سنته ونفي التهمة عنها واستئثار علومها والتفقه في معانيها والدعاء إليها والتلطف في تعليمها وإعظامها وإجلالها والتأدب عند قراءتها والإمساك عن الكلام فيها بغير علم وإجلال أهلها لانتسابهم إليها والتخلق بأخلاقه والتأدب بآدابه ومحبة أهل بيته وأصحابه ومجانبة من ابتدع في سنته أو تعرض لأحد من أصحابه ونحو ذلك
Adapun nasehat untuk para pemimpin kaum muslimin (penguasa) adalah dengan menolong mereka didalam hal yang benar, menaati perintah mereka, menasehati dan mengingatkan mereka dengan lemah lembut, memberitahu mereka hak-haknya kaum muslimin, dan tidak memberontak kepada mereka dengan pedang-pedang…
وأما النصيحة لأئمة المسلمين : فمعاونتهم على الحق وطاعتهم وأمرهم به وتنبيههم وتذكيرهم برفق ولطف وإعلامهم بما غفلوا عنه وتبليغهم من حقوق المسلمين وترك الخروج عليهم بالسيف وتأليف قلوب الناس لطاعتهم والصلاة خلفهم والجهاد معهم وأن يدعو لهم بالصلاح
Adapun nasehat untuk kaum muslimin secara umum –dan mereka adalah selain para penguasa- adalah dengan membimbing dan membantu mereka kepada hal-hal yang bermanfaat untuk kebaikan akherat dan dunia mereka…
وأما نصيحة عامة المسلمين - وهم من عدا ولاة الأمر - فإرشادهم لمصالحهم في آخرتهم ودنياهم
الحديث الثامن
[ عن ابن عمر رضي الله تعالى عنهما أن رسول الله صلى الله تعالى عليه وعلى آله وسلم قال أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة ويؤتوا الزكاة : فإذا فعلوا ذلك عصموا مني دماءهم وأموالهم إلا بحق الإسلام وحسابهم على الله تعالى ] رواه البخاري ومسلم
Dari Abdulloh bin umar bin al-khottob rodhiyallohu 'anhuma berkata : aku mendengar Rosulullohi shalollohu 'alaihi wasalam berkata :”aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Alloh dan sesungguhya Muhammad adalah utusan Alloh, dan mereka menegakkan sholat dan mereka membayar zakat. Apabila mereka melaksanakan hal tersebut maka mereka terlindungi dariku darah-darah mereka dan harta- harta mereka, kecuali apabila ada padanya hak- hak islam, dan perhitungan (amalan) mereka disisi Alloh.”
(diriwayatkan oleh imam Al-bukhory no.25, dan imam Muslim no. 22).
Hadist No.8
الحديث التاسع
[ عن أبي هريرة عبد الرحمن بن صخر رضي الله تعالى عنه قال : سمعت رسول الله صلى
الله عليه وآله وسلم يقول مانهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ما
استطعتم فإنما أهلك الذين من قبلكم كثرة مسائلهم واختلافهم على أنبيائهم ] رواه
البخاري ومسلم
Dari Abu Huroiroh Abdurrohman bin shokhr rodhiyallohu 'anhu berkata : aku mendengar Rosulullohi shalollohu 'alaihi wasalam berkata :” apa-apa yang aku melarang kalian padanya maka jauhilah, dan apa-apa yang aku perintahkan padanya maka lakukanlah sesuai kemampuan kalian. Sesungguhnya kehancuran orang- orang sebelum kalian hanyalah dengan sebab banyaknya pertanyaan mereka dan mereka banyak menyelisihi Nabi- nabi mereka.”
(diriwayatkan oleh imam Al-bukhory no. 7228, dan imam Muslim no. 1337).
(diriwayatkan oleh imam Al-bukhory no. 7228, dan imam Muslim no. 1337).
Berkata Syaih Utsaimin rohimahullohu Ta’ala (198) : Dari (hadits) ini menunjukkan adanya perbedaan antara larangan-larangan dan perintah-perintah. Adapun larangan-larangan maka menggunakan kata (jauhilah oleh kalian hal tersebut), dan tidak ditambahkan (apa-apa yang kalian mampu). Hal ini disebabkan karena larangan adalah dengan cara menahan diri/ menunda untuk melakukan suatu perbuatan dan setiap manusia mampu padanya. Sedangkan perintah adalah dengan mewujudkan sesuatu perbuatan, maka diantara manusia ada yang mampu dan ada yang tidak, oleh karena itu disebutkan di dalam perintah (lakukanlah oleh kalian semampunya).
سبحانك اللهم ربنا وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك و أتوب إليك
Abu Abdirrohman Utsman Wahyudi Al Indonisiy
(Pengajar Ma'had Daarus Salaf Semarang)
Semarang, 15 Jumadil Awal 1437
Tidak ada komentar:
Posting Komentar