Laman

Rabu, 10 Agustus 2016

Tanya Jawab Derajat Hadist Doa Malaikat Jibril Menjelang Ramadhan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحمنِ الرَّحيمِ
إِنَّ الحمدَ للّه، نحمدُه ونستعينُه ونستغفرُه، ونعوذُ باللّه من شرور أنفسِنا ومن سيِّئات أعمالِنا، من يهده الله فلا مُضِلَّ له، ومن يضلِلْ فلا هادي له، وأشهد أنْ لا إِله إِلا الله وحده لا شريكَ له، وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله.
"يا أيُّها الذينَ آمنوا اتَّقوا اللّه حقَّ تُقاتِه ولا تَموتُنَّ إلا وأنتُم مُسلمونَ " .
"يا أيها الناس اتَّقوا ربكم الذي خَلَقَكُم من نفسٍ واحدةٍ وخلقَ منها زوجَها وبَثَّ منهُما رِجالاً كثيراً ونساءً واتَّقوا الله الذي تساءَلونَ به والأرْحامَ إِنَّ اللّه كانَ عليكم رَقيباً"
"يا أيها الذينَ آمنوا اتَقوا اللّه وقولوا قولاً سَديداً. يُصْلحْ لكُم أعْمالَكم ويَغْفِرْ لكم ذُنوبكم ومَن يُطِع اللّه ورَسولَه فقد فازَ فوزاً عَظيماً" .

"أما بعدُ؛ فإن أصدقَ الحديثِ كتابُ اللّه، وأحسنَ الهديِ هديُ محمدٍ - صلى الله عليه وسلم -، وشر الأمورِ محدثاتها، وكلَّ محدثةٍ بدعةٌ ، وكل بدعة ضلالةٌ ، وكل ضلالةٍ في النار.

Pertanyaan. 

Assalamu'alaikum wr.wb


ustadz saya mau tanya, saya pernah baca blog kumpulan do'a yang salah satu  do'a isinya begini: 

Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal- hal yang berikut:
  • Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya  (jika masih ada)
  • tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri
  • tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitar
Maka Rasulullahpun mengatakan amiin sebanyak 3 kali. Dapat kita bayangkan, yang berdo'a adalah Malaikat dan yang mengamiinkan adalah Rasullullah dan para sahabat, dan dilakukan pada hari Jum'at. yang mau saya tanyakan apakah ada dalil ataupun hadisnya dan sahih do'a tersebut, demikian pertanyaan saya ucapkan banyak terimakasih. aslamu'alaikum  wr. wb.

Jawaban:

الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله.أما بعد:

Adapun hadits yang saudara sebutkan sudah kami cari diberbagai mashodir atau kitab-kitab induk baik mutun ataupun kitab-kitab yang berkaitan dengan hadits-hadits dhoif dan maudhu', baik  di maktabah (perpustakaan) Darul hadits Damaj ataupun di jihaz komputer, akan tetapi tidak kami dapati bahkan yang semaknapun tidak kami dapati.

Beranjak dari ini semua kami mengatakan bahwa hadits yang dimaksud adalah dhoif maudhu' atau dibuat-buat yang tidak boleh disandarkan kepada Rosul sholollohu alaihi wasalam dan tidak boleh beramal dengannya, atau bisa juga dikatakan hadits tersebut laasla lahu (tidak ada asalnya), yang akan kami jelaskan keterangannya insyaAlloh ta'ala.

Hadits maudhu' banyak jumlahnya, Alloh Subhanahu wa Ta'ala  saja yang tahu secara rinci.
Berkata Al imam As sakhowy rohimahulloh di kitab beliau Fathul mughis (1:217) :

"Berkata Hamad bin zaid rohimahulloh sebagaimana dikeluarkan oleh Al uqaily : para zindiq telah membuatnya 14 ribu hadits. Juga Abdulkarim bin abi auja yang disalib oleh Muhamad bin sulaiman amir basrah, mengaku telah membuat 4 ribu hadits, dan banyak lagi."

Adapun hukum bagi seseorang mengatakan suatu hadits tertentu shohih atau hasan atau dhoif itu adalah boleh, apabila terpenuhi pada dia syarat-syarat sebagaimana dinukilkan oleh Al imam As sakhowy rohimahulloh di kitab beliau Fathul mughis (1:36)  perkataan imam Annawawi rohimahulloh berikut ini :

وقال الشيخ أبو زكريا يحيى النووي رحمه الله الأظهر عنده جوازة وهو ممكن لمن تمكن وقويت معرفته لتسير طرقه

dan yang benar menurutku adalah bolehnya (tashih dan tad'if) dan itu adalah mungkin bagi yang mempunyai kemampuan dan kuat pengetahuannya untuk mengumpulkan jalan-jalan hadits tersebut.

Adapun kami penulis hanyalah mampu untuk sekedar mengumpulkan dan mencari jalan-jalan hadits dengan apa yang Alloh Subhanahu wa Ta'ala mudahkan dengan sedikit pengetahuan yang ada, wallahul musta'an.

Alasan-alasan kenapa hadits ini dikatakan maudhu' la ashla lahu :

1. Menyelisihi kaidah ushul syari'at Islam.
Berkata Imam Ibnu alJauzy rohimahulloh :

قال ابن الجوزي وكل حديث رأيته يخالفه العقول أو يناقض الأصول فاعلم أنه موضوع فلا يتكلف اعتباره أي لا تعتبر رواته ولا تنظر في مجرحهم أو يكون مما يدفعه الحسن والمشاهدة أو مباينا لنص الكتاب أو السنة التواترة أو الإجماع القطعي حيث لا يقبل شيء من ذلك التأويل أو يتضمن الإفراط بالوعيد الشديد على الأمر اليسير أو بالوعد العظيم على الفعل اليسير وهذا الأخير كثير موجود في حديث القصاص والطرقية

dan setiap hadits yang engkau lihat menyelisihi akal (sehat) atau menyelisihi dasar-dasar agama, maka ketahuilah itu adalah maudhu', maka tidak perlu bersusah payah untuk melihat keadaan periwayatnya ataupun bentuk celaannya, atau bisa diketahui juga dengan penyelisihan hadits tersebut dengan panca indra dan kenyataan, ataupun penyelisihannya terhadap nas kitab ataupun sunah mutawatir ataupun ijma qothi yang tidak ada padanya takwil, ataupun hadits tersebut menyebutkan suatu ancaman yang keras terhadap perkara yang ringan, ataupun ancaman yang besar terhadap perbuatan yang mudah, dan yang terakhir ini banyak dijumpai di hadits-hadits tentang kisah-kisah dan thoriqoh-thoriqoh.(selesai)


Adapun hadits yang saudara bawakan dikatakan maudhu' dari sisi bahwa hadits tersebut menyelisi kaidah agama yang tidak boleh seseorang jahil tentangnya yaitu : bahwa syarat diterima amalan adalah dua, yang pertama niat ihlas untuk Alloh Ta'ala semata, yang kedua mencocoki sunah Nabi , sebagaimana disebutkan oleh para ulama diantaranya Fudhoil bin iyadh rohimahulloh . Hal ini adalah sesuatu yang harus diketahui oleh seorang muslim yang tidak boleh jahil tentangnya , adapun lafaz hadits yang dimaksud menyebutkan bahwa malaikat Jibril alaihi salam meminta agar Alloh Subhanahu wa Ta'ala tidak menerima puasa romadhon bagi orang yang tidak melakukan hal-hal yang disebutkan dalam Hadits tersebut jadi bisa dianggap hal-hal tersebut adalah syarat atau rukun diterimanya ibadah puasa seorang hamba, dan tidak ada seorangpun yang berpendapat demikian dari kalangan ulama, dan hal ini cukup jelas tidak menjadi isykal bagi seorangpun. Menyatakan suatu perbuatan sebagai syarat atau rukun suatu amalan harus butuh kepada dalil baik alquran atau sunah yang shohih, apabila tidak didapatkan maka terlarang bagi seseorang untuk menetapkannya.

Kemudian, sebagaimana sudah kita ketahui bahwa agama Islam adalah mudah sebagaimana sebagaimana disampaikan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam dari hadits Anas rodhiyalloh 'anhu muttafaqun 'alaih:
( يسروا ولا تعسروا )
"Mudahkanlah oleh kalian dan jangan disulit-sulitkan".

Adapun hal-hal yang disebutkan di dalam hadits tersebut sangatlah sulit, dan tidak masuk akal serta tidak ada dhobet (batasan-batasan yang jelas) khususnya dengan kalimat (orang-orang sekitarnya).

2. Alasan yang kedua bahwa hadits ini tidak didapatkan di kitab-kitab induk yang  dikenal.

Berkata Imam Ibnu alJauzy sebagaimana dinukilkan imam Assuyuthy di Tadriburrowi 247 : dan makna menyelisihi ushul yaitu keluar dari buku-buku islam baik berupa musnad-musnad ataupun kitab-kitab terkenal.

Berkata Syaih Muqbil alwadi'I rohimahulloh Ta'ala di Alfatawa alhaditsiyah (401): makna (la asla lahu) yaitu tidak ditemukan di buku-buku islam hanya saja itu adalah kalimat-kalimat yang didengar oleh manusia.


Jenis-jenis para pembuat Hadits-hadits maudhu' (sebagaimana disebutkan oleh Al imam As sakhowy rohimahulloh Ta'ala di kitab beliau Fathul mughis (1:217-224):

Diantaranya
  • Zindiq para munafiq yaitu orang-orang kafir yang menampakkan iman, mereka lakukan ini agar manusia jauh dari islam.
  • Kelompok-kelompok sesat seperti rofidoh, khowarij, qodariy، dsb.
  • Orang-orang yang dekat dengan kholifah dan pembesar agar mencocoki keinginan mereka.
  • Orang-orang yang ingin mencela manusia yang tidak mereka sukai.
  • Orang-orang yang mencari rezeki dengan kisah-kisah dan nasehat-nasehat mereka.
  • Orang-orang yang berfatwa dengan akal mereka kemudian membuat hadits untuk mendukungnya.
  • Jenis yang paling berbahaya yaitu orang-orang ahli zuhud dan kebaikan, mereka buat untuk mengajak manusia dalam ketaatan.
  • Tidak sengaja atau keteledoran dari perowi hadits.
  • Kadzabun para pendusta secara umum.
Cara mengetahui  bahwa suatu hadits dihukumi maudhu (sebagaimana disebutkan oleh Al imam As sakhowy rohimhulloh di kitab beliau Fathul mughis (1:226-228):
  • Menyelisihi qoidah-qoidah syariat, sebagaimana sudah dijelaskan.
  • Tidak didapat didalam kitab-kitab induk.
  • Pengakuan dari pembuatnya.
  • Keadaan yang semisal dengan pengakuan pembuatnya, seperti berdusta tentang tahun dia mendengarnya dari syaihnya, ternyata syaih tersebut di tahun itu sudah meninggal.


Penulis tidak menyatakan 'ismah yakni tidak terlepas dari kesalahan dan keteledoran, maka barang siapa dari pembaca menemukan lafaz hadits tersebut dikitab-kitab induk hendaknya menyampaikannya kepada penulis.
Memang penulis jumpai sebuah hadits yang dikeluarkan oleh Al imam Ibnu Hibban yang lafaznya berikut ini:

عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه و سلم صعد المنبر فقال : ( آمين آمين آمين ) قيل : يا رسول الله إنك حين صعدت المنبر قلت : آمين آمين آمين قال : ( إن جبريل أتاني فقال : من أدرك شهر رمضان ولم يغفر له فدخل النار فأبعده الله قل : آمين فقلت : آمين ومن أدرك أبوية أو أحدهما فلم يبرهما فمات فدخل النار فأبعده الله قل : آمين فقلت : آمين ومن ذكرت عنده فلم يصل عليك فمات فدخل النار فأبعده الله قل : آمين فقلت : آمين )

Dari Abu huroiroh rodhiyalloh 'anhu bahwa Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam menaiki mimbar kemudian berkata : (" Aamiin aamiin aamiin", maka dikatakan kepadanya : ya rosululloh sesungguhnya engkau ketika menaiki mimbar berkata aamiin aamiin aamiin, kemudian beliau menjawab "sesungguhnya Jibril mendatangiku kemudian berkata : barangsiapa mendapati bulan Romadhon dan tidak diampuni kemudian masuk neraka maka Alloh ta'ala menjauhkan dia, katakanlah aamiin, maka aku katakan aamiin. Barangsiapa mendapati kedua orangtuanya atau salah satunya kemudian tidak berbuat baik kepada keduanya kemudian masuk neraka maka Alloh ta'ala menjauhkan dia, katakanlah aamiin, maka aku katakan aamiin. Barangsiapa yang disebutkan namamu kemudian tidak memberikan sholawat untukmu kemudian masuk neraka maka Alloh ta'ala menjauhkan dia, katakanlah aamiin, maka aku katakan aamiin").    

Ini adalah lafaz hadits yang ma'ruf diketahui oleh banyak orang dari hadits Abu Huroiroh rodhiallohu 'anhu yang dikeluarkan oleh Ibnu hibban, Ibnu khuzaimah, Annasai fil kubro dan Abu ya'la rohimahumulloh, dan dari hadits Ka'ab bin 'ujroh rodhiallohu 'anhu  yang dikeluarkan oleh Alhakim rohimahulloh, dan dari hadits Ibnu abbas rodhiallohu 'anhu  yang dikeluarkan oleh Aththobrany rohimahulloh, dan dari hadits Abdulloh bin alharits rodhiallohu 'anhu  yang dikeluarkan oleh Albazar rohimahulloh.
Hadits ini derajatnya shohih lighoirihi bi majmu' thuruqihi (shohih dengan banyaknya jalan).

Apabila kita perhatikan lafaz hadits ini dengan lafaz hadits yang saudara bawakan ada sedikit kemiripan dalam segi siyaq atau susunan, seakan-akan hadits yang saudara tanyakan disusun oleh pembuatnya untuk menyelisi atau menandingi hadits Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam tersebut. Wallohu a'lamu bishshowab.


Penutup.

Demikian akhir dari tulisan ini kami buat, semoga bermanfaat untuk penulis dan pembaca.
Dan penulis meminta ampun kepada Alloh Subhanahu wa Ta'ala atas segala kesalahan yang penulis buat.

Berkata Imam Ibnul Qoyim rohimahullohu Ta'ala  didalam bukunya Al kaafiyah asy syaafiyah fil intishaari lil firqotin naajiyah (al qoshiidah an nuuniyah):

يا رب غفرا قد طغت أقلامنا ... يا رب معذرة من الطغيان
  Wahai robku mohon ampun atas tergelincirnya penaku
                      Wahai robku mohon 'udzur dari ketergelinciranku.

سبحانك اللهم ربنا وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك و أتوب إليك

Semarang, 15 Jumadil Awal 1437



Tidak ada komentar:

Posting Komentar